Rabu, 02 Februari 2011

Melayani Tuhan

Kamis, 3 Februari 2011 

Lukas 9:1-9

 

Seperti murid-murid sekolah yang harus menjalani ujian setelah belajar beberapa waktu lamanya, seperti itulah murid-murid Yesus pada waktu itu. Tiba saat mereka harus dilatih untuk melayani, seperti yang telah dilakukan dan diajarkan oleh Yesus, Guru mereka.

Murid-murid memang harus dipersiapkan sebab akan tiba saat mereka sendiri turun melayani, yaitu saat Yesus tidak bersama mereka lagi secara fisik, yakni saat Dia kembali kepada Bapa. Sebab itu Yesus melepas mereka pergi tanpa diri-Nya untuk memberitakan kabar baik bahwa kerajaan Allah telah datang, dan juga untuk menyembuhkan. Namun Yesus telah terlebih dahulu memperlengkapi mereka dengan kuasa atas setan-setan dan atas segala penyakit, karena kuasa itulah yang akan memampukan mereka melayani.

Akan tetapi, mereka tidak diizinkan membawa bekal dan perlengkapan untuk bepergian. Dalam hal ini mereka tidak boleh mengkhawatirkan kebutuhan pribadi mereka. Mereka harus percaya bahwa Tuhan akan menyediakan apa yang mereka butuhkan, melalui orang yang menyambut pemberitaan mereka. Mereka juga harus mengimani bahwa kuasa Injil bekerja melalui pemberitaan dan mukjizat yang mereka lakukan. Selain latihan iman, perjalanan itu juga merupakan latihan iman. Pada saat itu mereka harus jadi murid yang taat pada perintah Guru mereka. Ya, jika mereka tidak beriman bagaimana mungkin mereka mengajar orang beriman? Jika mereka tak mampu jadi murid, bagaimana bisa mereka mendorong orang lain menjadi murid Tuhan?

Sebagai murid Tuhan masa kini, latihan beriman dan memercayakan diri pada Tuhan, juga tertuju pada kita. Dalam kondisi normal, memercayai Tuhan adalah ide yang indah. Namun dalam kondisi tanpa sumber-sumber yang biasa kita pakai untuk memenuhi kebutuhan kita, maka memercayakan diri pada Tuhan bisa jadi latihan iman yang luar biasa. Bila Anda sedang mengalami ujian semacam itu, maka beriman pada Tuhan adalah jalan satu-satunya. Niscaya Tuhan memampukan dan memberi kuasa untuk menghadapinya.

Mukjizat dan kuasa Yesus

Rabu, 2 Februari 2011
Lukas 8:40-56



Bagi orang yang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, penundaan sangat merugikan. Apa lagi bila masih harus melanjutkan perjalanan dengan jadwal yang berdekatan. Atau bila penundaan tersebut mengakibatkan gagalnya transaksi bisnis bernilai tinggi.

Bagi Yairus, situasi saat itu gawat darurat. Anak perempuannya yang satu-satunya sedang kritis (42). Ia berharap Yesus bisa tiba secepatnya di rumahnya. Namun situasi tak mendukung. Orang berdesakan di jalan ingin menemui Yesus. Akibatnya Yesus dan Yairus tak bisa gerak cepat. Situasi ini makin parah karena Yesus berusaha menyelidiki siapa yang menjamah Dia. Yairus mungkin resah. Mengapa Yesus buang waktu mencari seseorang yang menjamah Dia, sementara banyak orang mendekati? Namun Yesus benar. Seorang perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun tersungkur di depan Yesus dan mengakui perbuatannya. Rupanya di tengah kelemahan tubuh, ia menembus desakan orang banyak guna menjamah Yesus. Ia yakin bahwa cara itu akan menyembuhkan dia. Lalu bagaimana dengan putri Yairus? Terlambat. Ia sudah mati (49).

Bagaimana bila kita ada di posisi Yairus? Geramkah kita pada si perempuan yang menyebabkan Yesus berlama-lama mencari seseorang yang menjamah Dia? Atau kita menyesali Yesus karena menunda perjalanan dan menghilangkan kesempatan bagi si anak perempuan untuk sembuh? Namun Yesus bukan sembarang menunda. Bukan perempuan itu juga yang menyebabkan perjalanan Yesus tertunda. Itu adalah rencana Tuhan agar menjadi berkat bagi semuanya. Bagi si perempuan, karena ia jadi tahu bahwa imannya kepada Yesus membuat dia sembuh. Bagi Yairus, karena ia dapat melihat kuasa Yesus menghidupkan orang mati.

Apa pun permintaan yang kita rasa terlalu lama direspons oleh Allah, apa pun yang tertunda dalam hidup kita, jika Allah telah berjanji akan melakukannya, niscaya Ia akan melakukannya. Penundaan akan membuat kita melihat bahwa Allah kita setia, dan saat itu kita akan bersukacita.

Selasa, 25 Januari 2011

Hillsong-One Way

Perjalanan Hidup Orang Percaya

Rabu, 26 Januari 2011
(Keluaran 15 : 22-27)



Ilustrasi perjalanan bangsa Israel
a. Perbudakan di Mesir 430 tahun.
b. Bangsa Israel keluar dari Mesir disertai mujizat 10 tulah dari Tuhan.
c. Orang Mesir mengejar bangsa Israel.
d. Mujizat Elohim melalui Laut Teberau.
e. Elohim menutup Laut Teberau, tentara Mesir tenggelam.
f. Perjalanan 3 hari di Padang Gurun Syur tanpa air. Mujizat Allah di Mara, air pahit menjadi manis.
g. 40 Tahun berkeliling di Padang Gurun.

Perjalanan hidup orang percaya
h. Perjalanan hidup orang percaya berliku-liku (ayat 22)
Perjalanan yang berliku-liku ini akan :
· Membuat kita dewasa
· Menguatkan iman percaya kita
· Membuat kita makin mencintai Tuhan dan bergantung hidup pada-Nya saja
i. Perjalanan hidup orang percaya akan mengubah kepahitan menjadi manis (ayat 25a). Tantangan hidup kita tidak sekedar melarikan diri dari kepahitan, tetapi terletak bagaimana mengubah kepahitan menjadi manis. Tugas orang percaya adalah berusaha mengubah masalah menjadi berkat dengan semangat dan iman.
j. Perjalanan hidup orang percaya harus didasari dengan Iman (ayat 25). Sehebat apapun persiapan kita di dunia ini, kita tetap memerlukan iman.
k. Perjalanan hidup orang percaya penuh dengan Janji Elohim (ayat 26). Janji itu mengingatkan bahwa di saat saya membutuhkan, Tuhan akan menyediakan dan mencukupkan. Bahkan di saat saya belum membutuhkan, surga sudah menyimpannya buat saya.

Bahan diskusi :
1. Setelah mendengar dan mempelajari Firman Tuhan ini, bagaimana tanggapan saudara menilai perjalanan
hidup anda?

2. Langkah apa yang saudara hendak ambil untuk menyikapi Firman Tuhan ini?

Senin, 24 Januari 2011

Hillsong

Tuhan Sedang Bekerja

Senin, 24 Januari 2011

Baca: Keluaran 14:26–15:2
Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. —Keluaran 15:2

 Di suatu tengah malam, hal yang tidak terduga terjadi ketika Jack dan Trisha sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk kelahiran anak kedua mereka. Trisha akan melahirkan di dalam mobil! Jack menelepon 911 (bantuan darurat) dan Cherie White, seorang petugas, berhasil membimbing Jack melalui telepon selama proses kelahiran. Namun, sang bayi tidak mau bernapas. Cherie lalu memberikan petunjuk kepada Jack cara memberi bantuan pernapasan, yang kemudian dilakukannya selama 6 menit dengan penuh rasa cemas. Akhirnya bayi yang baru lahir tersebut mulai bernapas dan menangis. Ketika kemudian mereka ditanya bagaimana mereka berhasil melewati masa yang sulit tersebut dan tetap tenang, Cherie menjawab, “Syukurlah Allah bekerja di tengah malam!”
Saya senang mendengar ulasan media yang memberi Allah kemuliaan yang layak diterima-Nya untuk suatu hal baik yang telah terjadi. Dalam bacaan Alkitab hari ini, jelas bahwa Allahlah yang harus mendapat pujian karena telah membelah Laut Merah untuk menolong umat-Nya melarikan diri dari Firaun, meskipun Musa yang mengangkat tongkatnya (Kel. 14:26-27). Semua orang Israel dan Musa berkumpul bersama dan bernyanyi memuji Tuhan: “Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya Tuhan; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?” (15:11).
Ketika sesuatu yang baik terjadi, Tuhan layak mendapat pujian, karena Dialah sumber segala kebaikan. Berikan kemuliaan kepada Tuhan. Tidakkah Anda senang karena Allah tetap bekerja di tengah malam? —AMC
Apa yang tampaknya seperti kebetulan
Yang terjadi dalam kehidupan kita
Menyatakan Allah bekerja di balik layar
Jadi beri kepada-Nya segala kemuliaan. Sper
Menyaksikan bagaimana Allah bekerja membuat hati kita ingin memuji-Nya.

Alam Membenci Kekosongan

Senin, 24 Januari 2011 Baca: Efesus 3:14-21
Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. —Efesus 3:19



Menurut filsuf kuno Aristoteles, “Alam membenci kekosongan.” Aristoteles membuat kesimpulannya berdasarkan pengamatan bahwa alam mengharuskan setiap ruang yang ada diisi dengan sesuatu, meskipun sesuatu itu merupakan udara yang tidak berwarna dan tidak berbau sekalipun.
Prinsip yang sama juga berlaku dalam kehidupan rohani kita. Ketika Roh Kudus mulai menyadarkan kita atas dosa, ide untuk memulai sebuah rencana perbaikan diri segera muncul dalam pikiran. Kita berusaha keras untuk mengalahkan kebiasaan buruk kita. Namun, tiap usaha untuk menyingkirkan pikiran, sikap, dan keinginan yang tidak benar berujung pada kegagalan karena menyingkir-kan salah satu dari itu akan menciptakan kekosongan di dalam jiwa kita. Segera setelah kita berhasil mengosongkan diri kita dari suatu dosa, maka dosa-dosa lainnya akan masuk dan mengisi kekosongan yang ada. Akhirnya kita pun menjadi sama buruknya atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Berpikir tentang kekosongan ini menolong kita untuk memahami pentingnya apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Efesus, ketika ia berdoa agar kiranya Kristus akan tinggal di dalam hati mereka melalui iman dan bahwa mereka akan “dapat mengenal kasih itu . . . supaya [mereka] dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (3:19).
Satu-satunya solusi permanen untuk masalah dosa dalam hidup kita adalah menggantikannya dengan kasih Yesus, yang akan mengisi kekosongan itu. Semakin kita dipenuhi dengan kasih-Nya, semakin sedikit ruang yang ada untuk sesuatu hal yang jahat. —JAL
Bapa, terima kasih untuk Roh-Mu
Penuhi kami dengan kasih dan kuasa-Mu;
Ubah kami ‘tuk menjadi serupa dengan Kristus,
Hari demi hari dan jam demi jam. NN.

Kita tak dapat membereskan hidup sebelum Yesus datang;
Dia akan melakukannya setelah Dia masuk ke dalamnya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger